Manaqib
yaitu biografi atau riwayat hidupnya orang-orang yang sholeh. Sedangkan riwayat
hidup orang-orang yang zholim tidak disebut manaqib. Menurut bahasa kata
manaqib itu berasal dari bahasa Arab. Manaqib adalah bentuk jamak dari mufrod
manqobah, yang di antara artinya adalah cerita kebaikan amal dan akhlak
perangai terpuji seseorang.
Dalam
Al-Quran dikatakan:
"Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang
Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar". (At-Taubat 100).
Terbuktilah
bahwa orang-orang yang mendapatkan kenikmatan dari Allah adalah orang yang
mengikuti jejak langkahnya orang-orang yang mengikuti kepada Rosululloh saw.
Tiap
tarekat mempunyai manaqibnya masing-masing, yang semuanya itu merupakan
pelajaran yang mulia kepada yang mengikutinya.
Firman
Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya
adanya riwayat hidup para leluhur itu adalah pelajaran untuk seluruh manusia
yang mempunyai akal".
Di
dalam manaqib biasanya diterangkan keanehan-keanehan yang mempunyai manaqib
tersebut, itu disebutnya karomah, yang tidak menyelisihi keanehan-keanehan yang
diterangkan oleh Allah di dalam Al-Quran.
Karomah
tersebut disebut Khowariqul Adat (perkara yang luar biasa), yang dikategorikan
sebagai berikut:
- Irhash, yaitu perkara luar biasa dari seseorang yang akan menjadi nabi.
- Mu'jizat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari seorang nabi.
- Karomat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari seorang wali (orang yang mengikuti jejak langkah nabi).
- Ma'unat, yaitu perkara luar biasa yang keluar dari seorang mu'min yang mengikuti jejak langkah wali.
- Istijrod, yaitu perkara luar biasa dari seseorang yang mengikuti jejak syetan.
Yang
5 perkara ini walaupun dianggap di luar kebiasaan, tetapi kalaulah diukur oleh
akal tidak menjadi aneh, karena menurut penjelasan Nabi saw; akal itu dibagi
kepada 3 fungsi, yaitu:
- Akal berfungsi untuk ma'rifat kepada Allah dan semua perkara yang datang dari Allah swt.
- Akal berfungsi untuk melaksanakan ta'at kepada perintah dari Allah swt.
- Akal berfungsi untuk mencegah ma'siat yang dilarang oleh Allah swt.
Seumpamanya
seseorang telah bisa menggunakan akalnya sesuai dengan fungsinya, maka orang
tersebut tidak akan menolak kepada karomahnya para wali atau apapun sesuatu
yang aneh-aneh, maka akal tersebut tergolong AKAL YANG SEHAT, yang bisa
menjadikan sehat jasad, nyawa dan rasanya.
Biasanya
acara atau pengajian manaqib berisi:
- Pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran
- Doa
- Dzikir
- Manqobah (menceritakan kejadian luar biasa yang dialami orang mempunyai manaqib tersebut)
- Ceramah agama (tauziyah)
- Pembacaan sholawat
- dan lain-lain
Telah
bersabda Nabi saw:
dzikrush
shòlihìn kaffàrotun 'anidz dzunùbi wa 'ingda dzikrish shòlihìna tangzulur
rohmatu wa tahshulul barokatu.
"Mengingat-ingat
orang yang sholeh dapat menjadi kifarat untuk menebus dosa. Dan ketika sedang
dalam kondisi mengingat-ingat orang yang sholeh tersebut, maka diturunkan oleh
Allah swt rohmat, serta dapat menghasilkan barokah". (HR.Ahmad-Thobroni).
Yang
dimaksud dengan dzikrush sholihin adalah manaqib, karena di dalam
manaqib ada kegiatan mengingat-ingat riwayat, karomat dan wasiatnya orang yang
sholeh tersebut.
Jadi
manaqib adalah:
1)
Alat untuk menebus dosa.
2)
Alat untuk menerima dan mengumpulkan kucuran Rohmat Allah swt.
3)
Alat untuk menghasilkan suatu berkah.
Telah
berkata Syekh Mursyid Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin: "Apabila sedang
mengikuti suatu manaqib, maka harus seperti sedang Wukuf di Arofah".
Arti
wukuf adalah DIAM. Jadi untuk menghasilkan tiga alat di dalam manaqib tersebut,
harus dengan cara wukuf, yaitu diamnya 7 indra dari anggota badan, yaitu:
- telinga tidak mendengarkan suara kecuali suara dari bacaan-bacaan yang dibacakan dalam manaqib.
- mata dipejamkan.
- hidung bernafas keluar dan masuknya harus diiringi dengan dzikir khofi.
- mulut tidak bersuara, kecuali ketika sedang membacakan bacaan-bacaan dalam manaqib.
- tangan tidak memegang kecuali alat-alat manaqib.
- perut tidak diisi oleh makanan atau minuman ketika sedang berjalan acara manaqib.
- kaki dalam posisi diam, baik dengan duduk ataupun berdiri.
Dan
yang paling utama adalah HATI harus dalam bertawajuh (berdzikir kepada Allah
swt).
Semoga
sedikit penjelasan manaqib diatas dapat bermanfaat dan membantu ikhwan wal
akhwat dalam memahami tentang definisi manaqib dan kegiatan yang dilakukan.
Semoga kita semua diberi petunjuk oleh Allah SWT. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar